Mencari Kedamaian Sejati

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu,
dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.
Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yoh. 14:27)         

Setiap kita tentunya memiliki pergumulan dan permasalahan hidup. Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi dan kondisi kehidupannya, manusia berusaha mencari “jalan keluar” dan “solusi”. Ada banyak cara yang ditempuh manusia sebagai “pelarian” dari sebuah masalah. Secara garis besar, ini ditempuh dalam 2 (dua) hal:

1.  Mencari kesenangan duniawi.
Dunia beserta segala kegemilangannya akan berusaha mencukupkan kebutuhan manusia akan kesenangan dan kebahagiaan. Uang yang memungkinkan segalanya terjadi, makanan-minuman yang lezat, musik atau film yang melipur lara, tempat-tempat eksotis memanjakan mata, dsb.
Perlu kita akui bahwa memang semua hal ini dapat membuat manusia terlepas dan melupakan masalahnya, tapi ini semua hanya untuk sesaat dan berlangsung sementara. Kebahagiaan dan kedamaian yang dunia berikan tidak mampu menutup manusia secara utuh dalam waktu yang lama terhadap masalah yang dihadapi.

2.  Mencari kebahagiaan sorgawi.
Inilah yang ditawarkan Kristus. Ia membawa sukacita dan pengharapan sorgawi. Sebuah penghiburan sejati yang datangnya dari atas, Bapa Pencipta langit dan bumi. Suatu ketenangan dan ketenteraman yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. Damai sejahtera yang diberikan-Nya ini bersifat tetap dan tidak sesaat. Inilah suatu jaminan bagi orang percaya untuk kuat dan mampu dalam menghadapi segudang pergumulan.

Perhatikan pada tabel berikut, ada suatu perbedaan kontras antara damai sejahtera yang Allah berikan dengan yang dunia berikan.

Damai Sejahtera yang dunia berikan
Damai Sejahtera yang Allah berikan
Berasal dari dunia ini
Berasal dari Allah
Bentuknya bersifat materialistis
seperti uang, makanan, tempat, seni, dsb.
Bentuknya bersifat spiritualitas
seperti ketenangan, ketenteraman, dsb.
Waktunya bersifat sementara, tentatif, sesaat
Waktunya bersifat kekal dan abadi
Membuat manusia melupakan masalah
Membuat manusia menghadapi masalah

Materialistis vs Spiritualitas
   Mana lebih penting, uang atau kebahagiaan? Meskipun uang memungkinkan segala sesuatunya, tapi uang tidak dapat membeli kebahagiaan, bukan? Saat teduh atau saat dugem?
Sudah saatnya sekarang ini kita perlu kembali merefleksikan kehidupan beriman kita. Untuk apa dan siapa kita hidup? Kalau kita katakan kita hidup untuk Dia, lantas mengapa harta dan jabatan masih menjadi incaran kita? Suatu kebahagiaan dan kedamaian yang sejati tidak akan ditemukan dalam secarik uang atau segelas anggur. Kebahagiaan dan kedamaian yang sejati hanya didapat dan ditemukan di dalam diri Yesus Kristus yang memberikan dan meninggalkan damai sejahteraNya bagi kita sekalian.
Perhatikan cuplikan lirik lagu berikut:

Now there's nothing in this world, that could ever satisfy…
Christ is enough for me, Christ is enough for me,
everything I need is in You, everything I need…
Christ Is Enough lyrics © Capitol Christian Music Group

Tidak ada yang dapat memuaskan diri kita selain Yesus Kristus. Memang manusia pada dasarnya tidak akan pernah puas dan akan terus mencari kepuasaan yang berujung pada kesia-siaan yang pada akhirnya sampai pada titik terjenuh dan mempertanyakan makna hidup yang sebenarnya. Mari ingat kembali ajakan Juruselamat bagi kita sekalian:

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Mat. 11:28-30)

Melupakan Masalah vs Menghadapi Masalah
Suatu hal yang unik yang perlu kita ketahui bersama bahwa Kristus tidak membuat kita menjauh dan melepaskan kita dari pergumulan yang dihadapi. ia tidak menghapuskan masalah kita. Justru sebaliknya, Ia membuat kita harus menghadapi ini semua. Damai sejahtera yang Ia berikan dan tinggalkan bagi kita adalah untuk menguatkan serta memampuhkan kita mengatasi ini semua.
Berbeda dengan dunia, dimana harta, jabatan, dan semua kesenangannya yang sesaat itu membuat manusia sejenak meninggalkan, melupakan, dan membuat seolah-olah hidup tidak ada masalah. nyatanya adalah masalah tetap ada dan mirisnya masalah itu tidak terselesaikan karena sejenak kita “dibawa” dunia untuk melupakan dan meninggalkan itu semua. Dunia menjerumuskan manusia dalam kesenangan dan kebahagiaan sesaat yang justru tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Melihat kenyataan hidup, pergumulan dan permasalahan yang tak kunjung mereda bahkan cenderung semakin berat, lantas, mengapa Allah dalam diri Yesus Kristus meminta kita untuk menghadapi masalah?
Satu hal yang pasti, ketika Ia meminta kita untuk kuat, tabah, dan sabar menghadapi pergumulan hidup, itu karena Ia telah mengalahkan itu semua. Kebangkitan dan kemenangan Yesus Kristus adalah sebuah jaminan bagi kita bahwa kita sanggup menghadapi pergumulan dan permasalahan hidup sebagaimana Kristus telah mengalahkan dunia.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu,
supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.
Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu,
Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh. 16:33)

Suatu jaminan bagi kita, bahwa tidak ada pergumulan dan permasalahan yang terlampau besar, jauh melebihi kemahakuasaan Allah kita. perkara kecil bagi Bapa untuk dapat melenyapkan pergumulan dan permasalahan yang kita hadapi. Tapi bukan itu yang Ia kehendaki. Yang Ia kehendaki ialah agar kita mengalahkan dunia (baca: pergumulan dan permasalahan) sebagaimana diriNya dalam Yesus Kristus yang telah mengalahkan (bhs. Inggris conquer/overcome: menaklukkan, mengatasi, menundukkan) dunia! Ia ingin kita untuk mengatasinya dan bukan menjadi seorang pengecut yang lari dari masalah dan pergumulan. Taat sampai kesudahannya sama seperti Kristus sampai mati di kayu salib. (Sudah selesai.” – Yoh. 19:30)
Sedangkan dunia melakukan sebaliknya. Membuat manusia terlena dan lupa diri bahwa ada segudang tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan, lalu mengulur-ulur waktu, dan meninggalkan kenyataan hidup yang memang seharusnya dihadapi bukan sekadar diratapi.

Jaminan akan kebahagiaan dan damai sejahtera
Mengikut Yesus tidak serta merta melepaskan kita dari yang namanya pergumulan dan permasalahan. Adalah suatu kepastian bahwa kita akan menderita aniaya dan memikul salib sambil mengikut Dia. Tapi adalah suatu kepastian juga bahwa Ia telah mengalahkan dunia ini.
          Oleh karena itu, mari hadapi dan atasi seberat dan sebesar apapun pergumulan dan permasalahannya “…Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian. (2 Tes 3:16)

Selamat menjalani hidup dalam damai sejahtera Allah
Tuhan Yesus Memberkati

TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu
dan memberi engkau damai sejahtera. (Bil. 6:26)

Mei 2019 – Mauritz Nicolaas Wattimena

Comments